Sarjana Mendidik Hingga Pelosok Negeri Demi Mencerdaskan Bangsa


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program yang didedikasikan untuk percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal). Program tersebut dikemas dalam payung program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI). Salah satu implementasinya adalah dalam bentuk pengiriman sarjana kependidikan untuk mengabdi di daerah terpencil sebagai pendidik selama satu tahun, yang dikenal dengan Program Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T).
Pengiriman peserta Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) telah dilakukan dua angkatan. Angkatan pertama sebanyak 2479 peserta diberangkatkan ke provinsi Aceh, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur, dengan masa pengabdian mulai November 2011 hingga Oktober 2012. Sedangkan angkatan kedua sebanyak 2726 peserta diberangkatkan ke provinsi Aceh, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku dengan masa pengabdian mulai November 2012 hingga Oktober 2013.
“Kita memang spiritnya jangan sampai Indonesia itu maju sebagian. Indonesia itu harus maju bersama-sama dan seluruh wilayah harus maju yang pada kenyataannya masih menemui daerah daerah yang sesungguhnya belum Indonesia beneran. Dan itu yang menjadi tugas kita,” ujar Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Dikti Kemdikbud, Supriadi Rustad, di Jakarta, (22/11).
Ia mengatakan, program ini dijalankan sebagai solusi jangka pendek sekaligus jangka panjang. Untuk jangka panjang, MBMI menyiapkan ketersediaan pendidik di daerah 3T. “Program ini ditempuh melalui pengasramaan anak-anak berbakat dari daerah 3T di LPTK terkemuka di negeri ini dalam skema Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPG-T) mulai 2011,” katanya.
Sementara pengamat Pendidikan, Dharmaningtyas, mengatakan, guru merupakan panutan atau figur di masyarakat, bukan hanya untuk mendinamisir persoalan di sekolah tetapi juga mendinamisir perkembangan di masyarakat. “Sekolah itu yang akan memerdekakan dirinya sendiri atau masyarakatnya dari segala penindasan dan kebodohan,” tuturnya.
Dalam perkembangannya, SM-3T tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan guru di wilayah pengabdian dan menyiapkan calon guru profesional yang memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang kokoh. SM-3T yang dimplementasikan secara massif ini juga makin teryakini sebagai agen yang mampu mengubah kultur masyarakat